Teruslah berjalan dalam kebenaran walau itu adalah penyebab kematianmu!!

Senin, 13 Februari 2012

Apakah Ada Cinta Sejati


“ Akankah dia menjadi Cinta Sejatiku ? “
“Ah . . . hari yang membosankan ini akhirnyaku lewatin juga . . . gak kebayang deh capeknya aku hari ini, ditambah lagi pake acara lampu padam lagi, bt (jenuh) banget. . . . .”, gerutuku dalam hati. “ Waktu aku melihat ke arah jendela yang hendak ku tutup, ku lihat bintang-bintang bertebaran di angkasa, mengingatkan aku akan sosok seorang Callista, teman ku sejak kecil yang sempat aku naksir dia waktu di SD, tapi entah sekarang dia lagi di mana ? ” Pikirku. “Akhirnya lampunya nyala juga”, kataku gembira . Berselang beberapa menit kemudian mamyku memangil dari lantai bawah, “ Alvin . . . turun gih ada tamu nih, cariin kamu ! “. Mendengar suara mamyku membuat aku tersadar dari lamunanku tentang Callista. “ Iya . . . my Alvin datang” jawabku. Segera aku pun turun ke ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu aku terkejut melihat Rangga, salah seorang teman baik ku, yang sudah lama gak main ke rumah ku sejak masuk SMA.
“ Vin . . . gimana kabar kamu ? “ tanya Rangga. “ yah seperti yang kamu lihat baik-baik aja nih, kok tumben (tiba-tiba) datang ke rumah ku ?”. “ Enggak aku cuma ingin ketemuan dan ngobrol sebentar sama kamu aja kok ! “. “ katanya, kamu mw pindah yah ke Amrik (Amerika Serikat) ?”. “ oh . . . ternyata kamu udah denger kabarnya Vin ?, ya nih, papa ku dipindahkan ke Amrik, jadi aku dan mama harus ikut pindah juga ke Amrik. “ oh gitu, jadi gimana nih pertemanan kita, Radith pindah ke Kupang, Peter juga mau pindah ke semarang, dan sekarang kamu juga mau pindah ke Amrik, dari SD sampai SMA-kan kita gak pernah terpisahkan ! ”. “Emang iya sih, tapi mau gimana lagi ?, semuannyakan ada urusan masing-masing ?”. “iya sih, sebelum kita berpisah aku ada ide, gimana kalau aku adain pesta perpisahan, yah kecil-kecilanlah buat kita berempat ?”. “boleh juga tuh, ntar aku hubungin deh yang lain, tapi aku perhatiin dari kita berempat sejak SD sampai sekarang hanya kamu belum pernah pacaran, kenapa sih ?”. “Yah kamu taulah , aku orangnya gimana ? gak gampangan jatuh cinta gitu sejak SD gak tau deh kenapa ?”. “oh . . . mungkin kamu jatuh cinta sama anak baru pindahan dari Jepang itu yah ? siapa yah namanya, aku udah lupa tuh ?”.” ya, memang bener sih dia itu my first love (cinta pertama ku), namanya Callista, tapi kok aku gak tau sih dia itu pindahan dari jepang ?”. “ Ya mungkin hari pertama dia masuk kamu sakit kali ?, tapi yang jelas kabar terakhir darinya yang aku denger dia balik lagi tuh ke Jepang”. ”tau dari mana kamu Callista itu balik lagi ke jepang ?” tanyaku sambil terheran-heran. ” yah taulah, secara diakan dulu tetangga ku !”.“Baiklah kalau begitu, tolong yah besok kamu hubungin Radith dan Peter ! ”. “ Ok, Vin aku pamit pulang dulu yah, titip salam aja buat om dan tante ! ”. “ Ya, ntar aku sampein, hati-hati di jalan Ga ! “kata ku sebelum Rangga pergi.
“ Vin, Rangga udah pulang ?” tanya mamy ku. “ Iya mi Rangga udah pulang, emangnya ada perlu apa sih mi ?”. “ ngaak, tadi kamu gak tawarin Rangga minum dulu yah ?”. “iya mi, soalnya Rangga cuman mau mampir sebentar aja kok “. “iya udah kalau gitu, cepet gih kamu makan papy udah nunggu tuh katanya ada yang mau dibicarain tuh “. “ iya baiklah . . . mamy ku cantik !” puji ku sambil pergi ke ruang makan. Sesampainya di ruang makan, papy telah duduk dan menunggu papy ku “ Vin . . . Kamu tau nggak papy lagi dapat promosi untuk jadi Duta Besar Indonesia untuk Jepang loh ? ” tanya papyku senang. “ oh . . . ya bagus tuh py ! ” jawabku sambil makan. “ Tapi kalau papy jadi Dubes (Duta Besar) kita semua akan pindah ke Jepang, apa kamu mau ? “tanya papyku lagi. “ Mau aja Vin, lagian mamy denger universitas di Jepang bagus-bagus loh ! “ kata mamyku. “ Iya mau sih, lagian temen-temen ku juga mau sekolah di luar banyak kok ” jawabku. “ Daripada tinggal sendirian ditinggal temen-temen lebih baik ikut papy dan mamy aja ke luar negeri ” pikirku.
Selesai makan aku mencari informasi mengenai universitas-universitas yang ada di Jepang, saking banyaknya dan bagusnya aku sampai bingung mau pilih universitas yang mana. Akhirnya aku temukan 1 universitas internasional yang menerima siswa dari luar negeri dan proses belajarnya juga menggunkan bahasa Inggris, jadi menurut ku inilah yang terbaik di Jepang dan cocok bagiku nanti adalah university of Tokyo (universitas Tokyo). Pencarian ku ini membuatku merasa kelelahan dan akhirnya aku pun terlelap.
“ Kring . . . kring . . . kring handphone (hp)-ku pun berbunyi membangunkanku dari tidur nyenyakku. Ku coba untuk melihat siapa yang menelpon ku pagi-pagi, ternyata Rangga yang menelpon ku, katanya “Vin, kapan nih pesta perpisahannya ? ” tanya Rangga. “ Ntar sore aja sekitar jam 6, kamu bisa gak ? “jawab ku. “ baiklah, tapi dimana Vin ? “. “di rumah ku aja ! ”. “ Emangnya gak apa-apa nih pestanya di rumah kamu ? “. “ iya gak apa-apa sih, mamy ku pasti mau deh, lagian ada yang aku mau sampein buat kalian nih ! ”. “oklah, ntar aku dan temen-temen pasti datang, tungguin yah !”. “ pastinya aku tungguin kalian kok ! “.jawab ku mengakhiri pembicaraan kami via telepon. Setelah aku selesai bebicara dengan Rangga, aku pun pergi menemui mamy ku untuk mempersiapkan pesta perpisahan kami. Dengan dibantuin bibi, aku mulai mendekorasi ruang sampai akhirnya aku kecapean. “Akhirnya beres-beres pun selesai, nah sekarang tinggal tungguin teman-teman aja” kata ku pada mamy dan bibi yang telah bersedia membantuku. “ iya sekarang semuanya udah beres kok temen-temen kamu belum datang sih Vin ? ” tanya mamy ku. “ mereka nanti datangx jam 6 sore my.” Jawab ku. “iya udah, kalau gitu kamu sekarang siap-siap gih ! ”. “iya my”. Setelah beres-beres aku pun segera bersiap-siap menunggu temen-temen ku, sampai tiba-tiba ada mobil yang datang ke rumahku.
Setelah aku lihat ternyata papy ku yang pulang dari kantor, “padahal khan yang ku tunggu teme-temen ku” pikir ku. “ kok hari papy pulangnya cepet sih py ? “ tanya ku pada papy, sesaat setelah papy sampai di depan pintu“. “papy pulang cepet karena ada berita gembira nih “. Kata papyku. “kabar gembira apa py ? “ tanyaku penasaran. “ntar deh papy kasih tau yang penting tunggu mamy kamu dulu, panggilin mamy kamu gih ! “. Kata papyku yang membuat aku tambah penasaran. “my . . . papy udah pulang nih ! “ kataku memanggil mamy. “iya Vin, ntar mamy datang” kata mamyku menjawab panggilanku. Sambil aku menunggu mamy dalam hatiku timbul perasaan penasaran “ apa yah yang papy mau omongin ?” pikir ku. Akhirnya mamy pun datang juga, “ada apa sih py ? “ kata mamy membuka pembicaraan. “ mamy masih ingatkan pencalonan papy sebagai Dubes ?” kata papyku yang sedikit mengurangi rasa penasaranku. “iya py masihlah, emangnya kenapa py ?” tanya mamy kepada papy. “ Gini papy udah ditunjuk untuk menjadi Dubes di Jepang dari Presiden dan rencananya pengangkatan papy dilaksanain sebelum tanggal 17 agustus”. Kata papyku yang mengobati rasa penasaranku akan kabar gembira yang akan papy sampaikan. “oh gitu yah py berarti tinggal 2 bulan lagi dong”. “iya makanya mulai dari sekarang kita siap-siap dan sekalian tunggu hasil UAN kamu, Vin . . . “. “beres py !“ kata ku mengiyakan papy.
Sementara lagi ngobrol ama papy dan mamy, tiba-tiba Rangga, Radith dan Peter datang. “ masuk-masuk pestanya udah mau mulai ini !” kataku mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumahku. Sesampainya didalam ku persilahkan mereka menikmati semua hidangan yang telah aku persiapkan. “Vin katanya ada yang ingin kamu omongin ? “ tanya Radith. “ iya nih, papyku mau ditugaskan ke Jepang dalam waktu dekat ini. Jadi aku juga akan pindah ke Jepang”. Jawab ku. “ bagus tuh Vin jadi gak ada lagi yang tinggal di jakarta sendirian ! ”. kata Rangga. “ yah gimana pun juga kita semua kan pasti berpisah “ kata Peter. “ iya sih. Gak apa-apa kok sekarangkan udah ada Facebook kita bisa saling chatting (bercakap-cakap) aja kalau perlu setiap hari” kata ku. Pesta pun berlanjut hingga larut malam, selain makan dan minum kami juga bermain PS (playstations), Cs (counter-strike) dan nonton pertandingan bola. Itulah sedikit cerita pesta perpisahan yang tidak akan pernah aku lupakan.
Hari berganti hari akhirnya tiba saatnya pengumuman kelulusan dan kabar baiknya kami berempat lulus ujian. Pesta perpisahan kelas kami adakan dalam bentuk syukuran di rumah mentor kami. Sambil mempersiapkan ijasah, administrasi keberangkatan dan visa pelajar ke Jepang, aku terus mencari info terbaru tentang Callista dan ternyata menurut satpam di rumahnya dia belum pulang dari Jepang. “kesempatan bagus nih “ pikir ku. Akhirnya papyku diangkat menjadi Dubes dan diserahkan mandat ke Pemerintah Jepang (Perdana Menteri) untuk mengantikan Dubes yang lama. Kami pun berangkat menuju Jepang, sebelum sampai di Jepang kami sempat transit di Singapura dan Hongkong. Sesampainya kami di jepang disambut oleh staf dan jajaran kedutaan besar Indonesia di bandara Narita airport. Hari-hari pertama di Jepang ku lalui dengan berkunjung ke beberapa tempat wisata penting seperti Menara Tokyo, Gunung Fuji, Museum Tokyo, Universitas Tokyo dan Istana Kekaisaran Jepang, walaupun dari kejauhan aja sih liat Istananya. Dalam perjalanan pulang saya menaiki bus dari Beika menuju Tokyo, saya melihat seorang cewek (perempuan) cantik sekali menaiki bus. “Aku pernah kenal dia dimana yah ? “ pikirku. “sumimasen (permisi/maaf), kore wa watashi kakeru seiryoku desu ka ? (bolehkah saya duduk di sebelah anda ?).” tanya cewek itu yang sempat membuat ku teringat akan Callista lagi. “ yo, anata seiryoku kakeru ni watashi (ya, anda boleh duduk di sebelah saya) “ jawabku. “ Arigatoo gozaimasu (terima kasih)”. Kata cewek yang duduk disebelah ku. “Doo itashimashite (terima kasih kembali)” kataku padanya.
Selang beberapa menit aku kembali bertanya padanya “ anata no namae wa (siapa nama anda) ? “ tanyaku padanya. “watashi wa Callista desu (saya adalah callista) “. Kata Callista. “ oh kamu yang pernah tinggal di Jakarta, Indonesia ? “ tanyaku langsung sambil kegiranggan dan tidak memperkenalkan diri. “ iya, kok kamu tahu saya pernah ke Indonesia ? “ tanya Callista. “ yaialah secara kamu pernah satu sekolah dasar dengan aku ! “ jawabku. “oh ya ?, apakah kamu Alvin ? “ tanya callista. “ iya aku Alvin, ternyata kamu masih ingat yah ama aku ?”. “ya, karena waktu SD kamu pernah tolongin aku yang tersesat sampai ke rumah, masih ingatkan ?”. “oh itu aku masih ingat kok!”. Perbincangan kami pun terus berlanjut, akhirnya pencarian Callista selama ini tak sia-sia. Ternyata Callista juga ingin masuk Universitas Tokyo sama dengan ku, tetapi tes penerimaan murid barunya akan dimulai bulan September, berbeda dengan Indonesia Yang masuknya bulan Juli. Sambil berbicara dengan Callista, kami pun bertukar no handphone untuk saling call (menghubungi).
Aku dan Callista akhirnya masuk universitas Tokyo setelah melewati serangkaian tes. Aku mengambil jurusan teknik sipil, sedangkan Callista mengambil jurusan kedokteran. Di Jepang aku kurang bergaul (berteman) jadi teman ku hanya yang se-fakultas denganku saja. Setelah 8 semester aku belajar di Jepang, aku dan Callista begitu akrab dan sebenarnya didalam hati aku ingin menyatakan cintaku padanya, tapi selaluku pendam dalam hatiku. Aku tak punya keberanian untuk menyatakan cintaku padanya. selain itu aku dengar juga kabarnya Callista suka sama pemain bola basket terkenal di universitas Tokyo, Suzuki Kamiya. “ Tapi aku tidak mau begitu saja mengalah padanya, akan ku capai apa saja yang ingin ku dapatkan “. Pikirku.
Aku pun berusaha mendapat perhatian dari Callista untuk mengajaknya pergi makan malam, akhirnya iya sejutu untuk ketemuan di restoran saudaranya di daerah yanaka, gak jauh dari kampus. “ ta, sebenarnya selama ini aku memiliki perasaan lain terhadap kamu ?” kataku dengan perasaan grogi yang tak terkendali. “maaf, maksud kamu apa ? ” tanya Callista dengan binggung. “ mau gak kamu pacaran denganku Callista ?”. “ maaf, Vin . . . Tapi aku sudah dijodohkan oleh orang tuaku dengan orang lain “. Jawaban Callista itu membuat hatiku hancur, serasa ingin ku akhiri hidupku ini mendengar kata-katanya. “ tapi dengan siapa ta ? “. “orang tuaku menjodohkanku dengan Kamiya “. “apakah kamu mencintai dia ? “ tanyaku. “sebenarnya aku tidak mencintai dia, tapi aku di paksa oleh ayahku, katanya hidup bukan hanya ada tentang cinta “. “ jadi bagaimana dengan ku ?”. “kamu itu sangat baik dan perhatian padaku, aku sudah mengetahui bahwa kamu mencintai aku sejak dahulu tapi maafkanlah aku tidak bisa menerima cintamu Vin”. “ Apakah kamu tidak bisa membatalkan perjodohan ini Callista ? “. “ Tidak bisa Vin, rencananya bulan depan ayahku akan mengadakan pertunangan antara aku dengan Kamiya dan aku pun tak bisa lari dari perjodohan ini, sudahlah Vin relakanlah aku mungkin di kehidupan yang akan datang kita bisa hidup bersama sebagai sepasang kekasih ”. ketika selesai bicara Callista pergi meninggalkan aku sendiri dan kata-katanya itu sangat membuat hatiku terluka.
Aku tak bisa menerima perjodohan Callista, masa dizaman yang modern seperti sekarang ini masih ada yang dijodohkan orang tuanya. Aku merasa frustasi dengan masalah ini sampai akhirnya mamyku menyaranku untuk bertemu dengan beberapa anak temennya untuk menghibur aku, tapi aku tak mau untuk bertemu dengan orang lain. Akhirnya liburan musim dingin di Jepang pun tiba, ada banyak rangkaian acara untuk menyambut tahun baru, tapi aku tidak ingin menikmatinya, dan keluar rumah. Waktu aku buka alamat e-mail ku ternyata ada pesan dari Rangga untukku yang berisi “gimana Vin suasana di Jepang ?, pasti mengasyikan ?, si-Callista gimana tuh kabarnya ? cepet di balas yah Vin !”. “ disini biasa aja kok samalah dengan Jakarta, gak asyik, dia mau tunangan minggu depan, Ga gimana suasana di Amerika ? boleh gak aku maen ke rumah kamu ? sekalian cari ketenangan di Amerika gitu”. Balasan e-mailku. “boleh aja Vin sekalian rayain tahun baru disini aja bareng aku “. jawab Rangga.
Sesudah mendapat pesan dari Rangga, aku seperti mendapat semangat baru untuk pergi sementara waktu ke Amerika Serikat. Setelah mendapatkan izin dari Papy dan Mamy. Aku pun berangkat menuju ke Amerika Serikat keesokan harinya. Sesampainya di Amerika aku di jemput oleh rangga untuk kembali ke rumahnya di California Selatan. “ Aku selama berada di Amerika berusaha untuk melupakan Callista dari kehidupanku, tapi kelihatannya gak semudah membalik telapak tanggan “pikirku. Hampir setiap saat terbayang wajahnya dihadapanku, bahkan dalam mimpiku ada Callista. Setelah aku ceritakan semuannya ke Rangga ia menyarankanku untuk tetap bertahan dan mulai mencari pengganti Callista, “ liburan ku di amerika sangat bermanfaat bagiku akhirnya aku bisa sedikit melupakan tentang Callista “ pikirku. Waktu di Amerika, saya menerima kabar bahwa Callista telah bertunangan dengan Kamiya. Walaupun berat tapi aku harus merelakannya pergi bersama orang lain yang lebih mencintai dan menyanyangi dia. Akhirnya liburan musim dingin dan tahun baru sudah selesai, aku harus kembali ke Jepang untuk menyelesaikan studyku.
Sesampainya aku di Jepang, aku mendapat surat dari Callista katanya: “Vin, ku tau selama ini kau pergi menjauh dari tapi yang sebenarnya kau masih mencintaikukan ?. Bawalah aku pergi bersamamu kembali ke Indonesia, jika kamu masih mencintaiku datanglah ke bandara Narita, besok jam 7 pagi. Ku tunggu kedatanganmu Alvin ! ”. Setelah selesai membaca suratnya, aku pun merasa sangat terkejut dan menyesali perbuatanku untuk melupakannya. Masalah ini pun ku sampaikan pada kedua orang tuaku. Papy dan mamyku sangat terkejut mendengar aku dan Callista akan kabur ke Indonesia. Awalnya mereka tidak menyetujui kepergiaanku, tetapi mereka tahu sifatku yang akan siap mengambil segala resiko. Sejak malam aku telah melakukan persiapan untuk kembali ke Indonesia, mulai dari barang bawaanku sampai tiket telah ku persiapkan.
Keesokan harinya aku bangun tidur sekitar jam 4 pagi dan menulis secarik surat untuk mamy dan papyku, tulisku : “ papy dan mamy yang kusayangi, aku tahu ini berat bagi kalian untuk merelakan ku pergi dari rumah, tapi bagaimana pun aku tetap harus pergi bersama Callista. Aku tak bisa hidup tanpa cinta sejatiku, apalah artinya hidup bergelimang harta tapi tak bahagia dan memiliki cinta sejati. Alvin mohon py, my restuilah kepergiannku ini, dari Alvin “. Setelah selesai menulis surat, tepatnya jam 5 pagi aku pun pergi meninggalkan rumahku. Sesampainya diluar aku pun merasa sangat kedinginan. Tapi, dinginnya pagi itu membuatku membulatkan tekad untuk pergi bersama Callista. Karena belum sempat mengenal jalan di Jepang aku pun bertanya pada seorang yang kebetulan ada di tengah jalan, “sumimasen, basu no teiryuujo wa doko desu ka ( permisi, dimana pemberhentian bus ) ?”kataku. “ koko kara massugu iki-masu (terus lurus ke depan)” katanya. “arigatoo gozaimasu (terima kasih) “ kataku berterima kasih padannya sebelum pergi ke halte bus. Sesampainya di halte bus, sekitar 15 menit kemudian datang sebuah bus, aku pun naik dan bertanya “ basu no kippu wa ikura desu ka (berapa harga tiket bus) ? “. “ nanajuu go en desu (harganya 75 yen) “. Aku pun membayarnya karena bus di Jepang kita harus membayar sebelum naik (khusus untuk kota-kota besar contohnya Tokyo). Dalam perjalanan aku memikirkan pengorbananku yang begitu besar hanya untuk Callista, mulai dari pergi meninggalkan orang tuaku, kehidupanku dan studyku, tapi aku tetap bertekad akan pergi dengan Callista.
Akhirnya aku sampai di bandara Narita tepat pada jam 6 pagi. Aku pun menunggu Callista, tak lama kemudian aku melihat Callista datang menghampiriku. Aku sangat terkejut dia tidak membawa barang bawaannya. “ Callista, apa kamu siap ? “ tanyaku padanya. “ tidak Alvin, aku sangat egois jika ingin pergi denganmu “ katanya sambil menangis. “ lalu apa maksudmu mengirim surat kepadaku ? ”. “aku sebenarnya ingin pergi bersamamu, tapi tidakkah kamu memikirkan betapa besar pengorbananmu untuk pergi denganku ? “. “ aku tahu ini sulit bagi kita, tapi apa salahnya kita mencoba dahulu ? “. “tidak Alvin, aku sudah memikirkan masalah ini, lebih baik kita berpisah saja. Mungkin ini susah untuk kau terima, tapi berusahala untuk melupakanku, karena aku hanya bisa membawa masalah bagimu”. “baiklah aku mengerti maksudmu, bagaimana pun kau yang menjalani ini semua “. “ terima kasih atas pengertianmu Alvin, semoga dikehidupan berikutnya kita bisa saling memiliki “. Katanya sebelum pergi meninggalkan ku pergi.
Walaupun pikiranku tidak bisa menerimanya, tapi hatiku merelakan ia untuk pergi selamanya dariku selamanya. Seandainnya aku bisa memutar waktu kembali, akan ku pastikan kau jadi miliku. Tapiku tak bisa se-egois itu hanya untuk memilikimu, karena cinta tidak tumbuh dari rasa memiliki, tapi kasih sayang. Aku pun kembai ke rumah, tak kusangka akhirnya akan begini. Masalah ini membuatku tak bisa berpikir dengan baik, hampir saja aku mengalami depresi seperti yang dulu. Tapi untungnya aku bertemu dengan Prof. Madara Uchiha, dosen psikologi yang kebetulan adalah teman mamyku. Dia mengajariku tentang cara mengatasi depresi sehingga aku terbebas dari depresi berkepanjangan. Aku mulai menyadari apa yang seharusnya kulakukan, seperti kata Callista sebelum kami berpisah aku harus bisa hidup tanpa Callista dan merelakannya pergi untuk selamanya dari sisiku. Musim dingin berikutnya di Jepang, aku sudah tidak mendengar kabar tentang Callista dan Kamiya terakhir aku dengar kabarnya mereka pindah ke Spanyol. Aku pun telah bisa melupakannya dan sekarang aku sedang mencari pengganti Callista, sambil menyelesaikan tugas akhirku. Setelah aku selesai dengan studyku, aku pun pulang ke Indonesia dengan harapan bisa menemukan the real true love to me.
“ Oh . . . Tuhan Tolonglah Aku “
“ Agarku Bisa Menemukan Cinta Sejatiku “
“ Yang Selama Ini ku nantikan “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar