Teruslah berjalan dalam kebenaran walau itu adalah penyebab kematianmu!!

Sabtu, 03 Maret 2012

Suara Ayahnya

Umurnya empat puluh lima tahun ketika dokter memberitahu ia sedang sekarat. Terhenyak dalam kesunyian, Jonathan Thigpen dari Wheaton, Illinois, mencoba memusatkan pikirannya yang teraduk-aduk pada diagnosis dr. O'Riley yang disampaikan datar. Amyothrophic Lateral Sclerosis. ALS. penyakit Lou Gehrig. Penyakit kejam yang tidak bisa disembuhkan, ditandai dengan kelemahan otot progresif dan berakhir dengan kelumpuhan dan kematian. Lima puluh persen pasien ALS meninggal dalam rentang waktu delapan belas bulan setelah diagnosis. Penyebabnya tidak diketahui, dan tdak ada obatnya. selalu mematikan. Mungkin setahun; dua tahun paling lama.

Tetapi itu tidak mungkin. ini bukan bagian dari rencana. Jonathan relatif muda dan bahagia dalam pernikahannya. Putrinya di SMU, dan ia sendiri sedang berusaha meraih gelar Doktor. Sebagai ketua Asosiasi Pelatihan Injili, ia memberikan bahan-bahan Pendidikan Kristen bagi gereja-gereja dan sekolah-sekolah di seluruh dunia.

Mungkin setahun? Dua tahun paling lama?
Belakangan Jonathan mengenang, saya ingat berjalan keluar dari ruang praktek dokter di Carol Stream, Illinois, dan jauh di dalam lubuk hati saya ada rasa ketakutan luar biasa. Saya tidak bisa menggambarkannya selain dengan mengatakan rasanya seperti dibungkus sesuatu yang begitu gelap dan mengerikan sampai saya tidak bisa menggambarkannya.

Tepat sebelum kegelapan menelannya habis-habisan, ia mendengar suara yang akrab berbicara jelas dalam pikirannya. Jonathan adalah putra seorang Pendeta,dan sejak kecil, ia melihat bagaimana setiap malam setelah makan, ayahnya menghilang selama satu atau dua jam. Selama bertahun-tahun, Jonathan tidak tahu ke mana ayahnya pergi. Tetapi suatu hari, ayahnya mengajaknya ikut, dan sejak saat itu mereka menghabiskan awal-awal malam untuk mengunjungi rumah-rumah sakit bersama. Di setiap perhentian Dr. Thigpen bercakap-cakap singkat dengan pasien, tersenyum, menunjukan kepedulian dengan pertanyaannya, kemudian mengeluarkan Perjanjian Baru dan Mazmur kecilnya.

Berulang kali, Jonathan mendengar ayahnya membaca dari Mazmur 46:

"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan; 
sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. 
Sebab itu kita tidak akan takut, 
sekalipun bumi berubah, 
sekalipun gunung-gunung goncang didalam laut".

Kini dalam saat terburuk di hidup Jonathan, suara ayah kandungnya dan suara Bapa Sorgawinya bersatu dalam bilik ingatannya, dan kata-kata itu bergema sampai nyaris benar-benar terdengar dalam pikirannya. Pengaruhnya menakjubkan.

Pada saat saya naik ke mobil saya, awan kegelapan itu sudah terangkat, karena saya menyadari bahwa Tuhan masih memegang kendali. Saya tidak punya lebih banyak jawaban daripada ketika saya keluar dari ruang praktek dokter lima menit yang lalu, tetapi saya bisa mengatakan ini: "Ketakutan tidak dapat bertahan di hadapan iman dan Tuhan yang tidak berubah. Ketakutan saya telah pergi".


Pada bulan-bulan sesudahnya, tubuh Jonathan melemah, tetapi jiwnya semakin kuat saat ia berpergian melintasi negeri untuk berbagi Mazmur 46, memberikan kekuatan kepada sesama penderita, dan mengingatkan para pendengarnya tentang perlindungan dan kekuatan kita - Tuhan terbuti penolong dalam keseakan. _^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar