Teruslah berjalan dalam kebenaran walau itu adalah penyebab kematianmu!!

Jumat, 02 Maret 2012

Penggemar Jadi Pacar


Aku berfikir Ian mendekati aku hanya disuruh oleh Vio, tapi tak apalah, seperti ini saja aku sudah sangat bahagia.
Malam ini malam minggu, malam yang menurutku membosankan. Aku tahu sebenarnya malam ini yang ditunggu-tunggu oleh sahabatku. Vira, Tanti, dan Vio yang selalu menuggunya.
Di dalam genkku hanya aku saja yang masih betah dengan kejombolanku. Tapi walaupun aku jomblo aku nggak kesepian walaupun di dalam hatiku pernah terbesit kata-kata
“ingin punya cowok” tapi untuk saat ini bawa enjoy aja.
Sebenarnya di antara teman-temanku, hanya aku yang punya banyak teman cowok, karena aku memang supel. Bisa dibilang aku dekat dengan siapa saja tapi, kalau untuk urusan “cowok” aku masih belum yakin bisa mendapatkan.
Padahal aku nggak jelek-jelek amat dan juga sebenarnya banyak yang menjadi penggemar rahasiaku berhubung aku nggak tahu siapa jadi aku nggak pernah serius deh, selalu menganggap kalau itu hanya orang iseng saja. Jam menunjukkan pukul 8 malam ponselku tiba-tiba saja berdering dan menggangu konsentrasiku yang sedang membaca komik.
“Hallo...” Sapaku.
“Hallo..., Sya, elo lagi ngapain ?” jawab orang
disebelah.
“Vio ??? Tumben elo telepon gue ?”
“Emangnya gue nggak boleh nelepon elo nih ?”
“Boleh sih, tapi gue heran aja. Ini kan malam
minggu biasanya elo nge-date sama vivi ?”
“Iya, sih... tapi malam ini dia lagi pergi sama
keluarganya. Gue juga sebel banget abis biasanya kan gue ngabisin malam minggu sama orang yang special, eh... sekarang malah sama elo ?”
“Jadi elo nelepon gue terpaksa nih ?”
“Nggak juga sih, Sya... gue cuma iseng aja. Abis
dari tadi gue bisanya cuma main PS aja kan bete banget”.
Satu jam lamanya, Vio, salah satu sahabatku
telepon. Sebenarnya sih aku senang ternyata dia masih punya waktu walaupun sedikit terpaksa tapi jengkel juga sih kalau hanya dengerin curhatannya. So, malam ini aku habisin cuma dengerin curhatan orang doang.
Matahari menampakkkan wajahnya, bulan kembali
bersembunyi di balik sinarnya matahari. Jam setengah tujuh aku baru melepas selimut tebalku. Seperti biasanya, jam tujuh kurang lima belas, Tanti menjemputku dan anak-anak dengan mobil mersinya yang baru.
“Woiiiiiiiii, cepetan dong, Sya.....” Teriak
Tanti, Vio, dan Vira dari balik jendela mobil.
“Iya,.....” Balasku.
“Mam, aku berangkat dulu ya... Assalamu’
alaikum...” teriakku seraya mengambil sarapan pagi ku kali ini”.
Sepanjang perjalanan Vira mengumumkan pesta ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Aku senang banget karena dua minggu yang akan datang tepatnya malam minggu aku nggak usah bete untuk bermalam minggu sendirian, tapi yang bikin aku jadi malas untuk datang adalah di undangannya tertera harus bawa partner? Aduh rasanya bete
baget, aku doang yang nggak punya cowok.
“Sya, ntar elo datang bawa partner ya?” pinta
yang ulang tahun.
“Apa? Masak elo tega sih sama gue? Elo semua kan
tahu kalau gue nggak punya cowok?” jawabku marah.
“Iya sih gue tahu. Tapi acaranya bakalan seru
kalau kita semua bawa pasangan”, timpal Tanti. “Jadi gue gimana dong ?”
“Ya, udah gimana kalau elo cari pacar bohong-bohongan aja? Kan cuma buat hari itu doang ?” usul Vio.
“Boleh juga tuh..., Sya. Kan elo punya banyak temen cowok selain Vio.” Vira menyetujui.
“Tapi gimana caranya ?” tanyaku.
“Ya, udah yang penting elonya mau dulu. Urusan
gimana caranya ntar kita-kita aja yang atur. Ok ?” Tanti pun ikut menyetujui.
Memang dalam hatiku, ide itu sangat bagus. Tapi
aku nggak tahu harus berbuat apa masalahnya tengsin dong kalau aku yang nembak cowok. Dalam kamus aku nggak ada cewek nembak cowok.
Dalam beberapa hari ini Vira, Tanti, dan Vio
mencarikan calonnya. Tapi sampai saat ini belum ada yang aku mau. Satu minggu waktu yang digunakan tidak berhasil.
Akhirnya Vio mengenalkan temen cowoknya padaku. Aku tahu itu memang bukan temannya yang biasa, soalnya cowok itu adalah kakak angkatnya di sekolah. Aku tahu Vio ngenalin sama aku karena dia inign aku mau jadi pacarnya walaupun hanya satu hari. Jujur aja sih cowok itu ganteng, baik,
tajir lagi. Tapi aku hanya nggak yakin kalau dia mau sama aku, soalnya dia kan lebih dewasa dibanding teman-temanku yang lain.
“Sya... kenalin nih temen gue,” Ucap Vio.
“Oh, ya... gue Visya,”. Ucapku sambil menyodorkan
tangan kearah cowok itu.
“Gue Ian. Nama elo bagus juga ya ?”
“Thanks...” jawabku malu-malu.
Setelah aku dikenalin sama Ian, aku merasa
sedikit lega akhirnya ada juga cowok yang lumayan untuk diajak ke pesta. Dan setelah itu juga aku dan dia sering telepon-teleponan, jalan bareng bahkan nggak jarang dia mengantar dan menjemput aku ke sekolah.
Ian aku ajak ke pesta ulang tahun Vira, walaupun aku dan Ian tidak pacaran tapi Ian mau saat aku ajak ke pesta ulang tahun itu. Dalam hatiku aku bersyukur karena akhirnya di pesta ulang tahun itu, aku nggak terlalu bete. Dan pada hari ini hari Jumat yang indah, kita janjian beli baju bareng selesai dia Shalat Jumat. Cuaca sangat bersahabat. Saat aku baru selesai pulang les aku dijemputnya di tempat les dengan motornya.
“Kita makan siang dulu ya?” Ajak Ian.
“Oh, boleh. Kebetulan aku juga udah laper banget.”
“Kalau udah selesai makan kita ke mana?” tanya Ian.
“Gimana kalau beli baju abis itu kita beli kado.”
Jawabku.
“Good idea”.
Selesai makan, kita beli baju ternyata Ian mencarikan aku gaun pesta yang sangat cantik dan kau yang mencarikan ia jas hitam yang bagus, jika dipakainya terlihat sangat gagah.
“Sya, kamu cobain yang ini deh ?” pinta Ian.
“Ehmmmm... boleh. Kamu tunggu di situ ya ?” jawabku malu.
“Wow... kamu cantik banget, Sya ??” puji Ian saat aku keluar dari ruang fitting.
“Terima kasih...” Ucapku sangat malu.
Akhirnya aku dan Ian pulang dengan membawa gaun, jas, dan kado yang kita beli. Rasanya aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat malam minggu itu. Aku sudah membayangkan seperti ratu dan Ian rajanya. Walaupun menurut temen-teman, aku hanya berpura-pura saja tapi itu hanya angan-
anganku saja aku tahu bahwa aku nggak mungkin mendapatkan Ian yang sesungguhnya. Aku berfikir Ian mendekati aku hanya disuruh oleh Vio, tapi tak apalah, seperti ini saja aku sudah sangat bahagia.
Hari yang dinantikan sudah tiba, Ian berjanji akan
menjemputku pukul 8 malam. Dan sebelum jam delapan aku sudah siap dan menunggu Ian di kamar sambil dandan.
Tet... tet... tet... bunyi klakson mobil Ian. Akhirnya
aku jadi juga menjadi ratu walaupun hanya satu malam.
“Malam, cantik.....” Sapa Ian saat aku keluar.
“Malam juga. Malam ini kamu terlihat lebih lebih tampan saat mengenakan jas itu.” Pujiku dari lubuk hati.
“Thanks... ayo kita jalan tuan putri ?” Ajak Ian seraya menyodorkan tangannya padaku.
“Ok... ?” jawabku tersipu malu.
Selama perjalanan aku hanya diam dan tertawa kecil. Aku malu sekali kepada Ian. Aku sudah tak tahan untuk menyembunyikan wajahku ini. Setiap Ian bertanya, aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman manis di bibirku.
Saat tiba di pesta ulang tahun itu aku sangat gugup sekali. Ditambah lagi dengan Ian yang selalu
menggandengku di setiap ia melangkah. Tiba-tiba saja Vio menghampiriku. Dan ia tersenyum misterius sama Ian dan Ian membalasnya.
“Hai, Sya...” tiba-tiba saja bahuku ada yang menepuknya.
“Hai....” Balasku sambil menoleh ke belakang.
“Malam ini elo cantik banget deh....” ucap cewek itu.
“Vira....???” kirain gue siapa ?”
“Cie... yang bawa partner ???” ledek Vira.
“Apa sih...?? Oh, iya ini kado buat elo dari gue dan
Ian”.
“Thanks ya..., kesana yuk ???” Ajak Vira.
“Ok... tapi ntar dulu deh. Ian, aku kesana ya ?”
“Ok. Kamu kesana duluan aja nanti aku nyusul sama Vio”.
“Oh... Ya, udah”.
Saat aku pergi, Ian dan Vio sedang berdiskusi. Sepertinya mereka sedang membicarakan aku. “Tapi aku juga nggak boleh gitu sih...” Pikir ku.
Tiba-tiba saja saat acara mau dimulai Ian maju ke atas panggung, jujur aku bingung sekali mau apa dia maju. Dalam hati aku selalu bertanya-tanya sendiri.
“Mohon perhatiannya, saya akan bicara sebentar dengan kalian semua” Ucap Ian di atas panggung.
“Ian... kamu ngapain disana ?” teriakku heran.
“Hari ini gue ingin bilang sama elo semua, gue disini, berdiri di panggung ini untuk mengumumkan sesuatu. Bahwa pada hari ini gue ingin nembak seseorang wanita cantik di depan elo semua. Gue kenal dia udah dari kecil tapi gue baru berani deketin dia satu minggu belakangan ini, jujur gue orangnya pengecut. Ini aja gue dibantu oleh teman gue untuk dekat sama dia. Padahal gue satu TK, satu SD, dan satu SMP sama dia. Tapi gue belum berani pada saat itu. Gue mulai menjadi penggemar rahasia dia sejak SMP. Kenapa gue mau jadi penggemar rahasia dia ? karena gue nggak mau latar belakang gue di ketahui dia. Dan sudah lama gue memendam rasa ini tapi sepertinya gue nggak bisa dan nggak mau memendam nya lagi. Malam ini gue mau nyatakan kalau gue sayang sama elo, Visya....” Teriak Ian di atas panggung.
Semua orang yang ada di situ menoleh ke wajah aku. Sungguh aku malu sekali.
“Dan gue minta Visya maju ke atas panggung...”
“Visya... visya... visya... teriak orang-orang itu sambil bertepuk tangan.
Akhirnya dengan malu-malu aku maju ke atas panggung, dan di atas panggung itu aku ditembak oleh orang yang aku sayang.
“Kamu yakin kamu suka sama aku ??” tanyaku malu.
“Ya, aku mau kamu jadi pacar aku. Apa kamu mau ???? Ucap Ian sambil memberikan aku serangkai bunga mawar biru.
“Iya, aku mau jadi pacar kamu....” jawabku teripu malu.
Akhirnya di malam itu aku berdansa dengan Ian sampai malam, dan aku sangat senang sekali inilah malam minggu yang aku inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar