Belajar Mendengarkan Penderitaan Sesama
Seorang pemuda termasuk seorang yang cepat bergaul. Ia seorang yang sangat supel. Ia punya banyak teman di lingkungan sekitarnya. Ia dikenal baik oleh orang-orang di lingkungannya.
Suatu malam, sepulang dari kuliah ia tidak langsung masuk ke rumah, karena ada tetangga yang sedang asyik ngobrol. Lalu ia segera gabung dengan mereka dalam pembicaraan mereka. Ternyata lama-kelamaan ia semakin jauh terlibat. Dan baru ia ketahui bahwa salah seorang temannya pernah menggunakan ekstasi jenis popeye. Ia mengaku tidak pernah merasa ada sugesti (kepingin) untuk mencoba lagi obat-obatan haram itu. Ketika ia tanyakan alasan ia meminum obat-obatan itu, ia mengaku karena malu cintanya ditolak cewek.
Persoalan bagi pemuda itu adalah apakah ia harus menjauhi temannya atau tetap berteman saja seperti biasa? Selama ini ia tidak pernah sekalipun menawarkan obat-obatan itu kepadanya. Yang membuat ia bingung adalah ada tulisan yang mengatakan pergaulan yang jahat merusak diri.
Menerima kehadiran orang lain tidaklah mudah. Apalagi orang yang mesti diterima itu seorang yang berbuat jahat. Kiranya banyak orang akan menolak kehadiran orang yang berbuat jahat itu. Ketika seseorang mau menerima seorang yang berbuat jahat, banyak orang akan menolaknya. Inilah dilema yang sering dihadapi dalam hidup bersama.
Memang, cara yang paling gampang adalah meninggalkan atau menolak teman-teman yang kedapatan melakukan suatu kejahatan. Kenapa pusing-pusing memikirkan mereka? Lagi pula kalau bergaul dengan mereka nanti bisa-bisa kena getah dari tindakan mereka yang ilegal itu. Jangan ambil resiko bila itu membahayakan dirimu. Saya yakin dengan sikap ini selesailah masalahmu.
Namun rasanya jawaban ini bukanlah yang dikehendaki. Orang mesti tanggap dan peka terhadap masalah sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Situasi itu sekaligus mendorong orang untuk ikut bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat. Dengan cara ini, orang tidak perlu menjauhi teman-temannya yang melakukan hal-hal yang ilegal.
Manusia diberi bekal untuk berkarya secara konkrit di tengah masyarakat yang sakit. Ini bisa menjadi suatu panggilan untuk berkarya di tengah mereka yang membutuhkan. Kemampuan untuk mendengarkan ‘orang lain’ yang berkisah tentang diri dan perjuangannya bisa menjadi kesempatan untuk membimbing sesama ke jalan yang benar. Membantu mereka keluar dari masalah yang sedang mereka hadapi.
Dalam masyarakat di mana aspek individualistis dominan, banyak orang tidak mampu mendengarkan penderitaan orang lain dengan baik. Mereka sibuk dengan diri dan masalahnya sendiri-sendiri. Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memasang telinga kita untuk setiap bentuk penderitaan sesama. Kita mengulurkan tangan kita membantu mereka. Kita memberi mereka tempat untuk bangkit dari keterpurukan hidup mereka. Kita menerima kehadiran mereka. Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar